DADU

DADU
Rasakan, engkau punya banyak pilihan....

Sabtu, 19 Mei 2012

Rumah LebahRumah Lebah by Ruwi Meita
My rating: 5 of 5 stars

pertama lihat covernya, saya pikir ini cerita tentang rumah yatim piatu, dan anak di dalamnya. ok, saya salah besar. tak ada rumah yatim piatu, yang ada hanya kisah seorang anak kecil.

cerita dimulai dengan seorang anak yang tiba-tiba berada di atap rumah di tengah malam, membuat orang tuanya bingung. anak ini bernama Mala, dan dia menggumam nama-nama yang tak jelas. dari sini kita dibawa pada persepsi bahwa ada sesuatu yang tak beres pada Mala. alur berlanjut pada tahun ke depannya, saat keluarga ini pindah rumah ke Ponorogo. tujuannya, menyembuhkan Mala. Mala yang sudah bertingkah tak seperti anak kecil normal, sering membicarakan nama-nama yang tak pernah ada wujudnya, sebatas khayalan, menurut anggapan orang tuanya. Ibunya bernama Nawai, ayahnya Winaya.

anggapan awal Mala adalah anak indigo, ini pendapat Martha, teman Nawai. berlanjut menjadi dugaan autis. Nawai dan Winaya tak bisa menerima ini, mereka hanya menganggap Mala kesulitan berhubungan sosial dikarenakan tingkat otaknya yang disebut jenius, untuk seorang anak yang bari kelas 2 SD, bisa baca tulis di usia 5 tahun. dan benar, Mala memang jenius.

kisah berlanjut menuju perkenalan mereka pada seorang artis dan pacarnya yang sedang berlibur di dekat rumah keluarga Mala, yang kebetulannya artis bernama Alegra ini akan membintangi film adaptasi dari novel Winaya. diantara itu semua diselipkan cerita tentang Nawai yang selalu merasa ngantuk, mudah lelah dan sering tertidur tanpa sadar. dan yang ini akan sangat panjang ceritanya.

intrik terjadi melibatkan orang-orang ini, dan seorang wartawan yang ditemukan terapung di danau, terbunnuh, di daerah keluarga Mala tinggal. selanjutnya adalah titik terang tentang apa yang sebenarnya terjadi, yang cerdiknya, semua baru terungkap di beberapa halaman terakhir, menciptakan efek klimaks yang memukau.

saya merasa setting ini mengambil tempat di Telaga Ngebel Ponorogo. kebetulan saya menghabiskan masa SMA saya di kota ini. dan sepengetahuan saya, hanya lokasi ini yang memungkinkan. sebenarnya ada Telaga Sarangan, yg terletak di Magetan, berdekatan dengan Ponorogo, tapi saya tak yakin, mengingat di buku ini disebutkan danau itu asli buatan alam, dan Sarangan adalah buatan manusia (sepengetahuan saya). hawa dingin, rimbun pohon dan dermaga tempat orang berjualan, serta tempatnya yang sepi, juga menjadi nilai tambah, karena Sarangan cenderung lebih ramai daripada Ngebel. saya pernah beberapa kali kesana saat sekolah dulu.

saya sangat kagum dengan bagaimana Ruwi membawa interpretasi saya untuk mengarahkan bahwa Mala mengidap sesuatu yang tak beres, dan menjadi sentral cerita ini. tapi ternyata tidak, karena justru yang tak beres berada pada Nawai. segala persepsi tiba-tiba terbalik. meskipun saya menyadarinya pada bab pertengahan buku ini tentang penyakit Nawai. saya masih ingat dengan buku Nasrudin Hoja yang belum lama ini saya selesaikan, kasusnya hampir sama, tapi lebih rumit kasus Rumah Lebah ini. mengingat di sini tak hanya melibatkan satu sosok, melainkan 6 sosok. jadi cukup rumit menyambungkannya. pada awalnya saya terkecoh, tapi di pertengahan saya sadar, karena pola Nawai tidur yang tak biasa. sama dengan yang tiba-tiba dialami Kaisar pada kisah Nasrudin Hoja.

saya lebih terkesan lagi dengan endingnya, dimana Mala dengan pikiran polosnya, meyakini tindakannya sudah benar. hukum keseimbangan. dan berhasil melakukannya. saya tak menyadari bahwa yang dilakukan Mala dari awal buku ini sampai menjelang akhir adalah untuk satu tindakan yang menjadi ending. menjadi rahasianya sendiri. hanya pembaca, Mala dan Tuhan yang tahu.

jadi begitulah, saya suka. apalagi saya menghabiskan buku ini saat seharusnya saya sudah mengantuk, tapi tiba-tiba hilang, setelah seharian berkutat di jalanan jakarta, berjalan dari satu museum ke museum lainnya, berjalan kaki.

5 bintang saya persembahkan.

View all my reviews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar