DADU

DADU
Rasakan, engkau punya banyak pilihan....

Kamis, 27 September 2012

My Stupid Boss 4


Judul                     : My Stupid Boss 4 (Trust No One, Suspect Everyone!)
Pengarang             : Chaos@Work
Penerbit                : Gradien Mediatama
Jumlah Hal.           : 320 hal.
ISBN                    : 978-602-208-033-6

Maraknya buku bertema Personal Literature sekarang ini membuat persaingan semakin ketat. Karena itu dibutuhkan sesuatu yang segar, yang berbeda daripada buku yang lain yang dapat memikat pembaca. Buku ini salah satunya.
Penulis buku ini tak mau mengungkap identitas aslinya, tidak nama maupun fotonya. Bahkan untuk tokoh yang menceritakan dirinya sendiripun penulis hanya menggunakan nama Kerani, nama samaran. Demikian halnya dengan atasannya yang hanya dipanggil Bossman. Mungkin di sinilah letak menariknya, dengan membuat pembaca penasaran akan identitas asli penulis, membuat pembaca terus menanti tiap seri bukunya, dengan harapan suatu saat penulis akan membeberkan identitas dirinya dan bosnya.
Buku ini bercerita tentang pengalaman dunia kerja, antara Kerani dengan Bossman. Ulah Bossman yang aneh, absurd, menjengkelkan namun seperti candu. Sedangkan Kerani mengimbanginya dengan mendebat, menegur, melempar stepler namun tetap menghormati atasannya tersebut. Hal ini tercermin dari salah satu cerita di buku ini ketika Bossman dihina oleh anak temannya yang sedang magang di kantor Bossman. Bossman hanya diam, justru Keranilah yang balik memarahi anak itu. Sungguh pelajaran yang mulia, bagaimana urusan pribadi tidak seharusnya dilibatkan dalam urusan pekerjaan.
Selain itu, buku ini masih tetap menceritakan bagaimana pelitnya Bossman dan selalu tidak mau rugi. Selalu mengambil keuntungan dari para bawahannya, juga masih tentang bagaimana Bahasa Inggris Bossman yang sering kacau balau dan sangat tidak update untuk urusan gadget dan lagu terbaru. Sangat menarik, bagaimana penceritaan Kerani begitu mulus, seolah kita melihat sendiri bagaimana Bossman bertingkah dan membuat kekonyolan. Namun di luar itu, sosok Boosman sendiri malah bukan tergambar sebagai bos yang menyebalkan, justru tertangkap sebagai sosok yang menggemaskan. Kita malah berpikiran “sepertinya enak ya punya bos konyol kayak gitu”.
Sayangnya di buku ini terlalu banyak selingan untuk halaman tanya jawab, seperti kolom pembaca. Terus terang hal itu sedikit mengurangi keasyikan membaca kisah Bossman ini, apalagi pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan cenderung tidak penting dan berulang-ulang. Mungkin lebih baik halaman itu disendirikan di bagian akhir buku, sehingga tidak mengganggu kenikmatan membaca buku ini.
Sebagai penghilang stres, buku ini pantas dijadikan pilihan.

Sumber gambar: sini

Keluarga Twits


Judul                   : Keluarga Twit
Pengarang           : Roald Dahl
Penerbit              : Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Hal          : 104 Hal
ISBN                  :  978-979-22-0275-5

Buku ini menceritakan tentang Mr. dan Mrs. Twit, sepasang suami istri, yang saling mengerjai dengan cara yang mengerikan. Taka da yang mau mengalah dan tak pernah puas dengan keisengan yang dilakukan terus menerus. Selain itu, mereka merupakan sosok yang menjijikan, dengan rambut yang tumbuh di seluruh wajah yang bertahun-tahun tak dicuci. Merekapun ternyata tak pernah mandi!!
Keanehan belum cukup sampai di situ. Rumah mereka tak memiliki sebuah jendelapun dan mereka memiliki peliharaan monyet Muggle-Wump yang diajari jungkir balik setiap waktu. Di sini akan diceritakan bagaimana Mr. dan Mrs. Twit saling melakukan keisengan, bagaimana kekejaman mereka pada monyet Muggle-Wump dan burung-burung dan apa yang dilakukan monyet Muggle-Wump untuk membalas Mr. dan Mrs. Twit dengan bantuan burung Roly-Poly.
Seperti biasa, Roald Dahl menggambarkan imajinasinya dengan bagus, dengan mendetail. Dengan konsep cerita yang sederhana tapi tetap dengan kekomplekan karakter tokohnya. Lihatlah bagaimana Dahl menggambarkan menjijikannya Mr. Twit dengan rambut-rambutnya melalui kalimat-kalimat sederhana dan begitu jujur, begitu lugas, bahkan untuk anak-anak sekalipun, beserta ilustrasi yang akan membantu kita membayangkannya di otak. Begitu pula halnya dengan Mrs. Twit. Ya, ilustrasi-ilustrasi di sini begitu menarik, sangat membantu, membuat kita tak cepat merasa bosan hanya membaca tulisan saja.
Roald Dahl juga tetap menyelipkan pelajaran moral yang baik untuk anak-anak, melalui tokoh di buku ini. Bagaimana pentingnya menjaga kebersihan agar tak tampak menjijikan seperti Mr. dan Mrs. Twit. Ada pula pelajaran agar tak saling mengerjai karena tak ada untungnya, hanya menimbulkan kebencian dan keinginan balas dendam. Dan yang utama adalah bahwa pihak yang baik dan tertindas, dengan kecerdikannya, akan menang.
Sayang sekali, Dahl menyelipkan begitu banyak umpatan-umpatan, yang jujur menurut saya, tidak pantas untuk dibaca anak-anak. Meski telah dialihbahasakan, tetap saja umpatan adalah umpatan. Santun dalam perkataan sepertinya juga merupakan hal penting yang harus diajarkan pada anak-anak. Dan umpatan ini tidak pantas ada di buku anak. Pendampingan orang tua, ketika anak membaca buku ini, sangat diperlukan. Terutama untuk menjelaskan kelakuan tiap karakter dan menyensor kalimat-kalimat yang tak pantas dibaca anak.
Umpatan itu seperti:
“Diamlah, nenek sihir tua” (hal. 20)
“Aku datang, belut ubanan! Lobak tua busuk! Orang-orangan sawah kotor!” (hal. 44)
Selain dari itu, buku ini pantas digunakan sebagai alternative bacaan anak karena tetap banyak pelajaran yang bisa dipetik.

Link gambar: sini