Judul : My Stupid Boss 4 (Trust No One, Suspect
Everyone!)
Pengarang : Chaos@Work
Penerbit : Gradien Mediatama
Jumlah Hal. : 320 hal.
ISBN : 978-602-208-033-6
Maraknya buku bertema Personal
Literature sekarang ini membuat persaingan semakin ketat. Karena itu dibutuhkan
sesuatu yang segar, yang berbeda daripada buku yang lain yang dapat memikat
pembaca. Buku ini salah satunya.
Penulis buku ini tak mau
mengungkap identitas aslinya, tidak nama maupun fotonya. Bahkan untuk tokoh
yang menceritakan dirinya sendiripun penulis hanya menggunakan nama Kerani,
nama samaran. Demikian halnya dengan atasannya yang hanya dipanggil Bossman.
Mungkin di sinilah letak menariknya, dengan membuat pembaca penasaran akan
identitas asli penulis, membuat pembaca terus menanti tiap seri bukunya, dengan
harapan suatu saat penulis akan membeberkan identitas dirinya dan bosnya.
Buku ini bercerita tentang
pengalaman dunia kerja, antara Kerani dengan Bossman. Ulah Bossman yang aneh,
absurd, menjengkelkan namun seperti candu. Sedangkan Kerani mengimbanginya
dengan mendebat, menegur, melempar stepler namun tetap menghormati atasannya
tersebut. Hal ini tercermin dari salah satu cerita di buku ini ketika Bossman
dihina oleh anak temannya yang sedang magang di kantor Bossman. Bossman hanya
diam, justru Keranilah yang balik memarahi anak itu. Sungguh pelajaran yang
mulia, bagaimana urusan pribadi tidak seharusnya dilibatkan dalam urusan
pekerjaan.
Selain itu, buku ini masih tetap
menceritakan bagaimana pelitnya Bossman dan selalu tidak mau rugi. Selalu
mengambil keuntungan dari para bawahannya, juga masih tentang bagaimana Bahasa
Inggris Bossman yang sering kacau balau dan sangat tidak update untuk urusan
gadget dan lagu terbaru. Sangat menarik, bagaimana penceritaan Kerani begitu
mulus, seolah kita melihat sendiri bagaimana Bossman bertingkah dan membuat
kekonyolan. Namun di luar itu, sosok Boosman sendiri malah bukan tergambar
sebagai bos yang menyebalkan, justru tertangkap sebagai sosok yang
menggemaskan. Kita malah berpikiran “sepertinya enak ya punya bos konyol kayak
gitu”.
Sayangnya di buku ini terlalu
banyak selingan untuk halaman tanya jawab, seperti kolom pembaca. Terus terang
hal itu sedikit mengurangi keasyikan membaca kisah Bossman ini, apalagi
pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan cenderung tidak penting dan
berulang-ulang. Mungkin lebih baik halaman itu disendirikan di bagian akhir
buku, sehingga tidak mengganggu kenikmatan membaca buku ini.
Sebagai penghilang stres, buku
ini pantas dijadikan pilihan.
Sumber gambar: sini