DADU

DADU
Rasakan, engkau punya banyak pilihan....

Kamis, 27 September 2012

Keluarga Twits


Judul                   : Keluarga Twit
Pengarang           : Roald Dahl
Penerbit              : Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Hal          : 104 Hal
ISBN                  :  978-979-22-0275-5

Buku ini menceritakan tentang Mr. dan Mrs. Twit, sepasang suami istri, yang saling mengerjai dengan cara yang mengerikan. Taka da yang mau mengalah dan tak pernah puas dengan keisengan yang dilakukan terus menerus. Selain itu, mereka merupakan sosok yang menjijikan, dengan rambut yang tumbuh di seluruh wajah yang bertahun-tahun tak dicuci. Merekapun ternyata tak pernah mandi!!
Keanehan belum cukup sampai di situ. Rumah mereka tak memiliki sebuah jendelapun dan mereka memiliki peliharaan monyet Muggle-Wump yang diajari jungkir balik setiap waktu. Di sini akan diceritakan bagaimana Mr. dan Mrs. Twit saling melakukan keisengan, bagaimana kekejaman mereka pada monyet Muggle-Wump dan burung-burung dan apa yang dilakukan monyet Muggle-Wump untuk membalas Mr. dan Mrs. Twit dengan bantuan burung Roly-Poly.
Seperti biasa, Roald Dahl menggambarkan imajinasinya dengan bagus, dengan mendetail. Dengan konsep cerita yang sederhana tapi tetap dengan kekomplekan karakter tokohnya. Lihatlah bagaimana Dahl menggambarkan menjijikannya Mr. Twit dengan rambut-rambutnya melalui kalimat-kalimat sederhana dan begitu jujur, begitu lugas, bahkan untuk anak-anak sekalipun, beserta ilustrasi yang akan membantu kita membayangkannya di otak. Begitu pula halnya dengan Mrs. Twit. Ya, ilustrasi-ilustrasi di sini begitu menarik, sangat membantu, membuat kita tak cepat merasa bosan hanya membaca tulisan saja.
Roald Dahl juga tetap menyelipkan pelajaran moral yang baik untuk anak-anak, melalui tokoh di buku ini. Bagaimana pentingnya menjaga kebersihan agar tak tampak menjijikan seperti Mr. dan Mrs. Twit. Ada pula pelajaran agar tak saling mengerjai karena tak ada untungnya, hanya menimbulkan kebencian dan keinginan balas dendam. Dan yang utama adalah bahwa pihak yang baik dan tertindas, dengan kecerdikannya, akan menang.
Sayang sekali, Dahl menyelipkan begitu banyak umpatan-umpatan, yang jujur menurut saya, tidak pantas untuk dibaca anak-anak. Meski telah dialihbahasakan, tetap saja umpatan adalah umpatan. Santun dalam perkataan sepertinya juga merupakan hal penting yang harus diajarkan pada anak-anak. Dan umpatan ini tidak pantas ada di buku anak. Pendampingan orang tua, ketika anak membaca buku ini, sangat diperlukan. Terutama untuk menjelaskan kelakuan tiap karakter dan menyensor kalimat-kalimat yang tak pantas dibaca anak.
Umpatan itu seperti:
“Diamlah, nenek sihir tua” (hal. 20)
“Aku datang, belut ubanan! Lobak tua busuk! Orang-orangan sawah kotor!” (hal. 44)
Selain dari itu, buku ini pantas digunakan sebagai alternative bacaan anak karena tetap banyak pelajaran yang bisa dipetik.

Link gambar: sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar