DADU

DADU
Rasakan, engkau punya banyak pilihan....

Senin, 13 Desember 2010

"Segurih" keju, "Semanis" coklat


Suara gaduh di sela-sela jam kosong pelajaran itu sangat menggangu. Kalau diteliti, sebenarnya suara itu hanya berpusat di dua nada, satu sopran dan satu alto. Suara cewek dan cowok. Sedangkan suara yang lain bungkam, hanya mata-mata lain yang aktif mengikuti. Entah apa lagi kali ini, sudah bukan hal yang langka kejadian ini. Sering kali terjadi sampai orang sekelas bosan mendengarnya. Tapi, pandangan mereka tak teralih, karena selalu ada aja topik baru untuk diributkan dua orang itu.

Beberapa bengong, beberapa cekikikan, beberapa serius mendengarkan, dan beberapa tidur. Yah hiburan sedikit menjelang siang ini, pikir mereka. Sebelum pulang sekolah. Sebelum disuruh mama mereka untuk mengerjakan PR, atau tidur siang.

“Heh keju bau, elo tuh yang gembul. Perut kayak bola aja dipiara…hahaha!” leceh sang cewek, sambil menepuk-nepuk perutnya sendiri. Lelaki di depannya mukanya merah padam.

“Hah iler coklat, elo ga liat perut lo sendiri. Dah kayak gentong gitu. Dah gitu gigi ompong lagi. Pantes aja ga ada cowok yang mau ma elo…haaha!” balas sang cowok ga mau kalah. Sambil meringis memamerkan barisan gigi putihnya.

“Eh keju bau, emang lo sendiri laku. Maen aja sama cowok terus, mana pernah elo ngobrol berdua ma cewek.” Sengit si cewek ga mau kalah.

Keduanya sudah memasang muka merah padam. Tak lama, bel pulang berbunyi. Keributan itu akhirnya dikalahkan oleh bunyi bel. Tak perlu dikomando, 2 orang yang ribut itu segera mundur, menuju meja masing-masing dan mengambil tasnya. Belum sempat para siswa berhamburan pulang, seorang lelaki setengah baya masuk ke ruangan. Tangannya memegang selembar kertas fotokopian.

“Eh anak-anak, tunggu sebentar. Besok kan sabtu. Seperti yang telah diagendakan, kita besok akan pergi darma wisata ke daerah hutan lindung tepi kota. Disana kita wisata, sekalian belajar. Ini ada tugas tentang tanaman yang harus kalian teliti dan kerjakan berdasarkan darma wisata itu. Ini titipan tugas dari Bu Sari, wali kelas kalian, yang hari ini sakit. Tapi insyaAlloh, besok bu Sari udah masuk dan bisa nemenin kalian jalan-jalan.” Terang pak kepala sekolah, yang segera disambut suara “Huuuuu” sekelas.

Besoknya, semua siswa sudah berkumpul di halaman sekolah. Yang ikut hanya kelas 4,5 dan 6. Para guru dan kepala sekolah sudah berbaris rapi di depan, sambil sesekali berdiskusi satu sama lain. Para siswa masih terpisah-pisah bergerombol. Tak lama kemudian, terdengar suara tegas dari Pak Badu, guru olahraga, yang menyuruh siswa berbaris sesuai dengan kelas masing-masing.

Setelah semua berbaris, masing-masing wali kelas berjalan ke samping kelas asuhnya. Ibu Sari, walikelas 4, sudah berdiri di samping barisan. Senyum terpancar dari wajahnya, meski agak pucat. Setelah briefing sebentar, mereka semua menaiki bus sewaan, dan perjalanan darma wisata dimulai.

Seperti biasa, 2 anak dari kelas 4 yang sudah terkenal suka ribut, duduk jauh terpisah. Hal ini sengaja dilakukan oleh bu Sari, agar kesenangan wisata ini tidak berubah menjadi perang dunia. Istilahnya, demi tercapainya kedamaian dunia. Mungkin hanya mereka berdua yang tidak menyadari hal itu. Mereka sudah terlalu sibuk dengan kesibukannya sendiri-sendiri. Bu Sari dan penghuni bus pun menghela nafas lega.

Sampai di tujuan. Tempatnya adalah hutan lebat. Tetapi di pinggir-pinggir jalan yang dilalui terdapat papan nama untuk tiap pohon. Nama latin dan Indonesia. Nama latin menurut binomial nomenklatur. Dan hasilnya, anak-anak hanya melongo melihat nama-nama itu, mirip nama bintang film telenovela, batin mereka. Agak lama mereka berkeliling, dari satu pohon ke pohon yang lain. Wajah senang karena bermain, melupakan tugas yang diberikan dalam wisata itu. Paling ntar ada yang ngerjain, tinggal nyontek, begitu pikir mereka.

Setelah seharian berkeliling mereka beristirahat. Semua berkumpul. Beberapa siswa-siswi izin ke toilet. Sepertinya hal itu menular, karena berikutnya, hampir semua siswa saling susul menyusul untuk ke belakang. Tampak seorang siswi yang juga baru selesai dari toilet. Begitu berjalan sebentar, hendak menuju kembali ke tempat ngumpul, dia tertarik sesuatu. Seuntai bunga hutan yang menempel di dahan pohon. Dia petik satu, lalu dilihatnya bunga yang menempel di pohon yang lain. Siswi itu terus mencabuti bunga, mengumpulkannya dalam genggaman, sampai akhirnya dia menyadari, kakinya telah menyeretnya terlalu jauh. Dia menengok ke kiri dan ke kanan. Tak tahu arah.

Tak perlu waktu lama untuk membuat matanya berkaca-kaca. Siswi itu jongkok, menelungkupkan wajahnya dalam hangat tangannya. Isak tangis mulai terdengar. Dia takut. Anak kecil seperti dia hilang di tengah hutan. Di tengah tangisannya, terasa kepalanya ditoyol. Masih dengan wajah sembab, kepalanya terangkat. Dilihatnya seorang siswa sedang berdiri di sampingnya. Wajahnya kalem, tak berekspresi.

“heh iler coklat, ngapain nangis di sini? Cengeng banget jadi orang!” ujar siswa itu. Dia berjalan menuju sebatang pohon dan duduk bersandar di tepiannya.

Sambil mengusap air matanya, siswi itu membalas,”siapa yang nangis? Huh dasar keju bau! Ini cuma kelilipan tauk!” ucapnya dengan nada tegas. Berdiri menghampiri siswa itu. Dalam hatinya dia lega, ada orang lain di sini, dia tidak hilang, dia telah ditemukan si keju bau ini. Yah meskipun itu memalukan, tapi paling ga dia tidak jadi anak hilang.

“heh ngapain malah duduk-duduk di sini, ayo balik, ntar ketinggalan lagi.” Ajak siswi itu, buru-buru.

“ga nyadar ya. Kita ilang tauk. Gara-gara ngikutin elo sampek sini. gue juga ga tau jalan buat balik.” Sahut siswa itu dengan tenang. Matanya malah setengah terpejam.

Siswi itu kaget mendengar jawaban si keju bau. Harapannya perlahan memudar, hambar dan pupus. Predikatnya sebagai anak hilang telah kembali. Dan air matanya yang sudah berhenti, perlahan menetes lagi.

“udah jangan nangis. Mereka pasti nyadar kalo kita ilang. Ntar juga pasti dicariin. Mending nunggu aja di sini, biar ga tambah jauh.” Kata si keju bau, mulai terganggu dengan isakan si iler coklat.

Siswi itu, yang dipanggil iler coklat, beranjak mendekati keju bau. Ikut duduk di sampingnya.

“kok elo bisa ikut ilang juga???” Tanya iler coklat, setelah beberapa saat hening. Matanya masih muter-muter ke segala arah mencoba mencari jalan.

Keju bau menghela nafas,” sebenarnya tadi gue liat elo jalan, kayak asyik ngliatin apa gitu. Rencananya sih mau ngusilin elo. Tapi ternyata…”muka keju bau memerah, mengalihkan pandangannya berlawanan dengan iler coklat.

“ternyata apa???” Tanya iler coklat memperjelas, sambil tersenyum menggoda. Keju bau hanya melengos.

“ternyata elo ikut tersesat gitu, nyasar sampek sini, ilang bareng ya…hahahaha!!! Kasian…gagal deh ngerjain gue..hehehe!!” iler coklat tertawa lepas, sejenak melupakan kesedihannya.

Keju bau hanya diam. Angin semilir menerpa wajah mereka, mengabarkan suara-suara alam. Sinar mentari yang terik tak terasa, karena mereka berteduh di rindangnya pohon besar, entah pohon apa.

Krucukkkk!!! Tiba-tiba terdengar suara. Iler coklat menoleh.”suara apaan tuh??? Denger ga???” tanyanya pada keju bau, sambil memasang telinga lebar-lebar.

Keju bau hanya diam. Tiba-tiba, krucukkk-krucukkk!!! Terdengar suara lebih keras. Iler coklat menengok pada keju bau,”itu suara perut elo ya???” tanyanya memastikan.

“HAHAHAHA…!!!”keju bau terbahak-bahak, mukanya keliatan memerah.

“ihh jorok. Laper lu???” iler coklat menghentikan aksi penasarannya pada suara itu.

“kayaknya dah siang neh, dah laper. Makan yuksss!!!” ujar keju bau sambil membuka tasnya, mengeluarkan bekal dalam wadah kotak. Dibukanya kotak itu, tampak makaroni keju ukuran besar.”elo bawa bekal ga???” Tanya keju bau.

“bawa kok.” Jawab iler coklat singkat. Iler coklat ikut mengeluarkan bekalnya, hanya berisi roti tawar yang dilapisi selai coklat.

Mereka kembali diam, sibuk makan bekal masing-masing. Dalam sekejap bekal iler coklat ludes, karena laper campur sedih, panik, takut, berefek pada kuantitas makannya. Entah sebenarnya berpengaruh atau tidak. Keju bau melirik iler coklat, lalu dipotongnya makaroni kejunya menjadi 2, menyendok bagian besarnya, dan mengalihkannya ke tempat bekal iler coklat.

“Makannya jangan cuma sedikit, kita tu ilang, jadi harus punya banyak tenaga, buat lari, manjat kalo ada hewan buas. Pikirin itu.” Ucap keju bau. Iler coklat terharu mendengar kata-kata keju bau. Diterimanya uluran tangan keju bau itu, dan menyendoknya ke dalam mulut.

“ga nyangka, elo baik ya…”ucap iler coklat lirih.

“sebenarnya, alasan utamanya karena ini hutan, pasti banyak binatang buas. Kalo mereka makan, pasti yang dipilih yang gemuk, banyak dagingnya. Kalo elu banyak makan kan jadi gemuk, tembem gitu, pasti elu yang dipilih jadi korban. Sementara gue doain elu dari atas pohon…hahaha!!!” keju bau tertawa lepas.

“ihhh…jahat!!” dipukulnya bahu keju bau pelan. Tapi tak pelak lagi, sebentar kemudian iler coklat ikut tertawa juga.

“kenapa sih elo suka banget ma keju???” Tanya iler coklat, selepas tawanya usai.

Keju bahu menengok, menatap iler coklat,”mungkin sama kayak alasan elo suka banget sama coklat.” Jawab keju bahu, tersenyum.

Iler coklat balas tersenyum.

Setelah kenyang, dihibur semilir angin, mereka mulai mengantuk. Obrolan yang jarang terjadi itu menumbuhkan keakraban di hati mereka. Sambil setengah terpejam, iler coklat berkata,”ternyata, coklat jika dimakan bareng dengan keju, rasanya enak ya. Kolaborasi yang menarik.”

Keju bau mengangguk pelan,”ya, gue juga ngrasa gitu…”

Mata mereka terpejam. Kepala iler coklat menyandar di bahu keju bau, dan kepala keju bau menyandar di kepala iler coklat.

“ya Alloh…bangun!!!bangun!!!” sebuah suara membangunkan mereka dari mimpi siang bolong. Dihadapan mereka telah ada Bapak Kepala Sekolah, bu Sari, dan beberapa guru yang lain beserta penjaga hutan lindung.

“syukurlah kalian baik-baik saja. Bapak takut kalian kenapa-napa.” Ucap kepala sekolah sambil jongkok di depan mereka. Sementara bu Sari, wali kelas mereka, memeluk mereka erat. Matanya sembab. Meninggalkan bekas air mata yang pernah jatuh. Keju bau dan iler coklat pun terharu. Mereka minta maaf pada kepala sekolah dan guru-guru karena telah bandel main sampai tersesat.

Setelah itu, rombongan itu turun menuju arah parkiran bus, tempat teman-teman mereka menunggu. Dalam perjalanan itu, tak banyak yang berbicara. Keju bau dan iler coklat berjalan beriringan, di belakang ronbongan. Dalam hening, tangan mereka terpaut. Menggengam satu sama lain.

Dan merasa, tak ada yang perlu berbicara.

2 komentar:

  1. nice. :D

    kamu bisa "keluar" dari diri kamu dan bercerita dengan cara yang beda bgt, interesting.

    em,,tapi, seingetku, alto ama sopran, dua-duanya tuh jenis suara cewek. kalo cowok, bass, bariton, tenor. fyi aja.

    keep writing! :)

    BalasHapus
  2. yups...kesalahan paling mendasar ketika mulai menulis, tak melakukan riset atau cek ricek dulu. semoga ke depannya ga lagi kayak gitu...thanks

    #ngumpetdipojokan

    BalasHapus